Sabtu, 13 Maret 2021

PENTINGNYA ILMU MELALUI KISAH PENGGALI KUBUR YANG MELIHAT TAMAN SURGA

 

PENTINGNYA ILMU MELALUI KISAH PENGGALI KUBUR YANG MELIHAT TAMAN SURGA

Atikel: Damayanti

Wahai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis –majelis, maka lapangkalah. Niscaya Allah swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah swt. akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu. (Q.S Al-Mujadalah 58:11).

            Pengasuh pondok Pesantren Sultan Fatah Semarang menceritakan kisah dari Syeikh Hisyam Al-Burhani seorang ulama dari Damaskus tentang seorang penggali kubur yang melihat indahnya taman surga dalam liang lahat. Cerita ini bermula dari seorang ibu yang membawa jenazah putranya kepada penggali tersebut. Saat menggali, pria itu melihat taman surga yang bercahaya dan dua malaikat membawa putra dari ibu tersebut ke dalamnya. Indahnya surga membuat Penggali Kubur pingsan. Ia menceritakan kejadian hebat itu pada orang lain. Tetapi, ceritanya dianggap imajinasi belaka. Beberapa bulan kemudian, si ibu yang putranya baru meninggal tersebut kembali membawa jenazah putranya yang lain lagi. Penggali Kubur merasa khawatir akan melihat kejadian yang sama dan akan membuatnya pingsan. Ia pun menyiapkan mental agar hal yang sama tidak terjadi. Saat menggali, lagi-lagi cahaya besar yang perlahan-lahan terbuka memperlihatkan indahnya surga pada penggali kubur, juga dua malaikat membawa putra ibu tersebut. Penggali Kubur pun kembali pingsan. Saat sadar ia sibuk bertanya dan mencari sang ibu.

            Penggali Kubur bertanya siapakah kedua laki-laki yang digali liang lahatnya, sampai mendapat kharomah yang besar. Ibu tersebut menjawab bahwa yang pertama meninggal, adalah seorang santri, sedangkan yang satunya lagi adalah kakaknya yang berkerja sebagai tukang kayu untuk menafkahi adiknya yang menuntut ilmu. Jawaban ibu tersebut membuat Penggali Kubur berlari ke masjid Jami At-Taubah tempat mengajar Syeikh Hisyam dan leluhur beliau. Penggali kubur meminta Syeikh untuk mengajarkannya ilmu agama padahal usia penggali kubur 50 tahun. Syeikh pun menggajarkannya dimulai dari awal dengan membaca Nahwu. Atas ketekunannya dalam belajar, Penggali Kubur tersebut menjadi ulama  besar di Damaskus. Ia bernama Syeikh Abdurrahman Al-Haffar yang berarti “Tukang Gali”. Beliau juga memiliki keturunan yang mencintai ilmu seperti dirinya salah satunya Abdur Razaq Al-Haffar.

            Berdasarkan kisah di atas, hikmah yang dapat diambil adalah betapa penting dan mulianya penuntut ilmu baik agama maupun dunia. “Siapa pun layak mendapat derajat yang sama asalkan sungguh-sungguh dan ikhlas dalam menuntut ilmu” Ujar Syeikh. Hikmah lainnya, terdapat pada mereka yang ikhlas menafkahi anak, saudara, dan orang lain yang menuntut ilmu. Jika yang menafkahi saja mendapat kebaikan, bagaimana yang menuntut ilmu.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar