PENTINGNYA ILMU MELALUI KISAH PENGGALI KUBUR YANG
MELIHAT TAMAN SURGA
Atikel: Damayanti
Wahai orang-orang beriman, apabila
dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis –majelis, maka
lapangkalah. Niscaya Allah swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan
berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah swt. akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu. (Q.S Al-Mujadalah 58:11).
Pengasuh pondok Pesantren Sultan
Fatah Semarang menceritakan kisah dari Syeikh Hisyam Al-Burhani seorang ulama
dari Damaskus tentang seorang penggali kubur yang melihat indahnya taman surga dalam
liang lahat. Cerita ini bermula dari seorang ibu yang membawa jenazah putranya kepada
penggali tersebut. Saat menggali, pria itu melihat taman surga yang bercahaya
dan dua malaikat membawa putra dari ibu tersebut ke dalamnya. Indahnya surga membuat
Penggali Kubur pingsan. Ia menceritakan kejadian hebat itu pada orang lain. Tetapi,
ceritanya dianggap imajinasi belaka. Beberapa bulan kemudian, si ibu yang
putranya baru meninggal tersebut kembali membawa jenazah putranya yang lain lagi.
Penggali Kubur merasa khawatir akan melihat kejadian yang sama dan akan
membuatnya pingsan. Ia pun menyiapkan mental agar hal yang sama tidak terjadi. Saat
menggali, lagi-lagi cahaya besar yang perlahan-lahan terbuka memperlihatkan
indahnya surga pada penggali kubur, juga dua malaikat membawa putra ibu
tersebut. Penggali Kubur pun kembali pingsan. Saat sadar ia sibuk bertanya dan
mencari sang ibu.
Penggali Kubur bertanya siapakah
kedua laki-laki yang digali liang lahatnya, sampai mendapat kharomah yang
besar. Ibu tersebut menjawab bahwa yang pertama meninggal, adalah seorang
santri, sedangkan yang satunya lagi adalah kakaknya yang berkerja sebagai tukang
kayu untuk menafkahi adiknya yang menuntut ilmu. Jawaban ibu tersebut membuat
Penggali Kubur berlari ke masjid Jami At-Taubah tempat mengajar Syeikh Hisyam
dan leluhur beliau. Penggali kubur meminta Syeikh untuk mengajarkannya ilmu
agama padahal usia penggali kubur 50 tahun. Syeikh pun menggajarkannya dimulai
dari awal dengan membaca Nahwu. Atas ketekunannya
dalam belajar, Penggali Kubur tersebut menjadi ulama besar di Damaskus. Ia bernama Syeikh Abdurrahman
Al-Haffar yang berarti “Tukang Gali”. Beliau juga memiliki keturunan yang
mencintai ilmu seperti dirinya salah satunya Abdur Razaq Al-Haffar.
Berdasarkan kisah di atas, hikmah
yang dapat diambil adalah betapa penting dan mulianya penuntut ilmu baik agama
maupun dunia. “Siapa pun layak mendapat derajat yang sama asalkan sungguh-sungguh
dan ikhlas dalam menuntut ilmu” Ujar Syeikh. Hikmah lainnya, terdapat pada
mereka yang ikhlas menafkahi anak, saudara, dan orang lain yang menuntut ilmu. Jika
yang menafkahi saja mendapat kebaikan, bagaimana yang menuntut ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar