Minggu, 03 Maret 2019


Manunggu Hati


Sudah lama kau tak mengabari
Sudah lama kau tak memberi hati
Saat pagi dan malam yang terus berganti
Tanpa ungkapan membangunku dari mimpi

Dimana saja engkau kini
Terus berlari saat waktu tak henti mengiris
Ketika hujan dan panas begitu kejam memberi harapan tak pasti
Kepadamu yang dinanti

Lhokseumawe, 20 Januari 2019


Selamat Pagi


Ku ucapkan selamat pagi padamu
Yang jauh dan pergi dari malamku
Yang luput dalam alunan rintikan langit di hari baru
Tak berpaling mengejar harapan terlukis tipis di matamu
Pundak-pundak bumi memutih
Kereta tlah sampai
Tepat saat darah belum mengalir
Langkah menggetar memanggil secangkir kopi
Penghangat diri dan pengganjal dalam hiasan perut ini

Kuucapkan selamat pagi padamu
Yang tak kembali terlihat pada lentera ini
Kusapa engkau dalam nyanyian  pagi ini
Yang terduduk dalam bayangmu
Disetiap tuhan menghidupi bumi

Lhokseumawe, 08 Januari 2019


Gerimis 18 Januari


Aku menunggumu di teras rumah
Saat gerimis menyatu menyentuh kalbu

Aku memegang dada dan menyimpan asa
Tibanya masa indah untuk memeluk jiwa

Ketika matamu mengerjap mataku
Tertegun aku melihat rayuan angin syahdu mendesir di parasmu
Akan kerinduan yang tlah lama membeku
Sekian hari yang berganti namun menanti
Di bayangan sepoi-sepoi gerimis malam ini

By: Damay Ar-Rahman


KASUS  SEKS TRAGIS


            Kriminalitas semakin kian membesar, banyak hal yang terjadi demikian pula kasus-kasus yang menyimpang dalam masyarakat. Membludaknya pemberitaan tentang kasus seksual dan telah di alami masyarakat khusnya perempuan dengan rentang usia masih di bawah umur, dan juga tidak jarang saat ini kita dengar perempuan menjadi pelaku dalam kasus seks yang juga objeknya adalah anak-anak. Para korban atas perilaku tersebut, menyebabkan korban tidak hanya mendapati diskriminasi dalam berusaha menjaga kehormatan atau harga diri, tetapi tindak kekerasan fisik, serta menganggu kepribadian dan  kerap menjadikan perbuatan yang masa  kini sudah tidak asing terdengar lagi. Informasi yang begitu mudah untuk diketahui semakin memperlancar komunikasi antar masyarakat. Begitu pula tidak sedikit informasi tentang kasus seksual.  Hal tersebut juga berdasarkan penemuan yang terjadi pada masyarakat di negeri ini. Seperti yang kita ketahui bagimana peran masyarakat dalam menindaklanjuti persoalan yang sebenarnya tidak usai-usai bahkan semakin meningkat dengan kejadian yang tidak pantas di alami oleh berbagai kalangan pada umumnya. Mulai anak-anak usia dibawah 10 tahun, remaja berstatus pelajar, mahasiswa, lembaga pendidikan, bahkan dalam keluarga sekalipun dapat menjadi tindakan kriminalitas seksual dengan tingkatan tinggi.
Kasus seks tragis
            Telah banyak pemberitaan mengenai kekerasan seksual yang mempengaruhi mental dan fisik. Baru-baru ini terjadinya kasus pencabulan oleh ayah kepada anak kandungnya bahkan di ikuti oleh kakak dan adik dengan latar belakang   keluarga sedarah terhadap seorang gadis berusia muda. Hal tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku karena kondisi gadis  yang diduga memiliki keterbelakangan mental. Seharusnya keluarga menjadi pendukung ataupun pelindung untuk anak tersebut. Namun, yang terjadi adalah kenyataan pahit, ialah kasih sayang beralih menjadi perbuatan keji yang membuat anak menjadi trauma dan hilangnya percaya diri, serta kehormatan sebagai seorang gadis yang seharusnya wajib menjalani pendidikan. Selain itu, kasus pencabulan juga terjadi dari berbagai kalangan, seperti dalam keluarga salah satunya kasus seorang ibu yang tega membiarkan anaknya disetubuhi oleh suaminya bahkan sengaja di hadapannya langsung, seorang guru wanita mencabuli siswanya, manusia mencabuli hewan, seorang pendidik menjadi pelaku seks yang bukan sepantasnya,  hingga berakhir kasus pembunuhan dengan kondisi tragis, seperti menggorok leher, dan kekerasan fisik lainnya. Maka semakin berkembangnya ilmu pengetahuan namun tak mengakhiri tingkat kebodohan tersebut, bahkan menambah tidak mengurangi.
            Bukankah itu merupakan perbuatan jahat dan memalukan, sangat tragis bahkan kodrat manusia sudah tidak terlihat lagi. Dimana jati diri sebagai manusia dengan di ciptakannya pikiran dan perasaan. Apakah kedua kunci anugrah tuhan tersebut tidak dipergunakan untuk  bertingkah laku layaknya manusia. Sungguh zaman bukanlah hal yang dapat disalahkan, fenomena tersebut kembali pada masyarakat itu sendiri untuk sadar dan memahami benar atau salah.
            Apa yang salah pada masyarakat sehingga menimbulkan perbuatan kejam dan memalukan tersebut? Apakah kurangnya jeratan  hukum  yang telah ditetapkan oleh pemerintah kepada pelaku kekerasan seksual? Apakah kurangnya pemberitaan tentang tindakan jahat di media sosial yang seharusnya dapat dijadikan pelajaran? Apakah nurani sudah kalah dalam menghadapi hawa nafsu yang semata-mata hanya mencari keuntungan sementara? Sungguh pertanyaan tersebut merupakan hal yang di camkan untuk dijawab dan mengapa tidak mampu ditanggapi dengan baik. Bukannya semakin memperbaiki malah menciptakan perilaku keji.
            Saat ini begitu besar pengaruh media sosial yang lebih tepatnya menjadi acuan untuk masyarakat agar tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Ialah salah satunya melecehkan orang-orang yang tidak mampu untuk melawan bahkan ancaman menjadi senjata apabila korban tidak berkehendak memenuhi kebutuhan terlarang itu. Tetapi bukti nyata tidaklah sesuai yang diharapkan. Bahkan tidak tanggung-tanggung kejahatan itu berulang-ulang lagi terjadi.
            Hal-hal tersebut bukan hanya menjadi tanggungjawab negara dalam menegakkan keadilan bagi seluruh masyarakat, tetapi wajah-wajah yang lebih harus ditonjolkan dalam berperan untuk menjaga tidak terjadinya tindakan buruk tersebut adalah masyarakat itu sendiri. Pemerintah sudah melakukan kebijakan dalam penanganan kasus-kasus tersebut. Namun, lagi-lagi ketergantungan bukanlah terhadap pemerintah saja, masyarakat juga harus mampu menjaga untuk mencegah terjadinya perbuatan yang sangat menyimpang tersebut. Banyak hal yang dapat di lakukan untuk menjauhi perbuatan-perbuatan merusak itu. Contonya, (1) Menghilangkan kebiasaan bahkan jangan pernah sekalipun mencoba untuk menonton konten-konten yang berbau porno, (2) Melakukan aktivitas yang membuat pikiran lebih menuju untuk fokus dan mampu meningkatkan intelektual, atau pendapatan, (3)  Membiasakan diri untuk tetap menjaga nama baik dengan cara mengindari hal-hal yang menjerumuskan dalam keburukan, berusahalah menahan rasa untuk tidak mengikuti keinginan buruk dengan memahami ilmu agama dan mengetahui resikonya, selanjutnya,  (4) Bagi kaum perempuan untuk menjaga penampilan dengan lebih sopan agar terhindar dari pandangan negatif sehingga tidak terjadinya kasus-kasus pelecehan.
            Maraknya kasus seks tragis yang berarti bahwa seksual bukanlah lagi menjadi hal yang harus di jauhi, bahkan tindakan itu telah melampau jauh dan menyiksa orang-orang yang seharusnya di sayangi, di lindungi, hingga menuju sikap memalukan terhadap orang-orang yang bekerja dalam jaringan sosialpun tidak segan-segan melakukannya. Kesadaran juga perlu kepada masyarakat yang berpikir bahwa kekerasan seksual tidak hanya melanggar aturan negara, tetapi juga melanggar  bahkan menentang agama.

By: Damayanti

Fb&Ig: Damay Ar-Rahman
           


PERAN PEMUDA DALAM DUNIA MILENIAL

           
            Zaman sudah berubah. Hal itupun membawa manusia dalam revolusi kehidupan. Baik gaya hidup, dan segala bentuk yang menyangkut individu maupun kelompok. Itu terjadi dengan sepanjang perjalanan manusia. Semakin tinggi pemikiran-pemikiran baru untuk menunjukkan keeksissan terhadap setiap orang, begitupun yang terjadi pada pemuda saat ini. Berbagai ragam timbul dengan strategi terbaru, untuk menampilkan hal-hal menghibur, tentunya memberikan kesan serta manfaat bagi manusia itu sendiri dan orang lain.
            Kecangihan-kecanggihan dalam dunia revolusi juga berdampak besar dalam perkembangan bagi pemuda yang lebih di istilahkan sebagai “Pemuda Milineal”. Maksudnya? Para pemuda yang sudah mengenal bahkan akrab dengan kecanggihan teknologi khusnya internet ataupun media online. Yang di dasari oleh kemudahan saat melakukan apapun khususnya dalam berkomunikasi.
            Pemuda milenial merupakan generasi bangsa dalam memajukan setiap negara, apabila pemuda cerdas dalam menerapkannya. Tetapi hal tersebut tidak sepengharapan bahkan banyak generasi cenderung lalai dalam menggunakan berbagai bentuk teknologi, termasuk Indonesia.
            Indonesia sebagai negara berkembang memiliki pemuda dengan jumlah hak milenial yang besar. Data Asosiasi Penyelenggaraan Jasa Internet Indonesia (APJII)  menyatakan hasil survei bertajuk “Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2017”, mengemukakan bahwa, penetrasi pengguna internet di Indonesia meningkat menjadi 143, 26 juta jiwa, atau setara 54,7 persen dari total populasi republik ini. Hal tersebut berdasarkan informasi kerjasama antara pihak APJII dan Teknopreneur. (APJII, 22 Maret 2018).
            Berdasarkan data di atas, maka dapat di lihat betapa meningkatnya jumlah pengguna internet di kalangan masyarakat Indonesia. Maka kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul dalam kondisi masyarakat akan terus berkembang pesat. Tidak dapat dipungkiri lagi. Demikianpun, yang di prediksikan mengenai fenomena negatif, melalui penggunakan media internet. Bahkan semakin ke depan akan terlihat kembali peningkatan pengguna internet yang sudah tidak mampu dikondisikan lagi.
            Beberapa kasus negatif internet semakin terlihat. Menurut Subdirektorat Pengendalian Konten Internet, dan Kominfo. Mendapatkan laporan konten negatif yang beredar di media sosial sebanyak 547.506 laporan. Konten negatif yang dimaksud, mengacu pada undang-undang Nomor 11 Tahun 2018 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Seperti pornografi, perjudian, pemerasan, penipuan, kekerasan, fitnah, provokasi, SARA, dan lainnya. (Kominfo, 08 Januari 2019)
                 Apapun bentuk aktivitas, tidak lagi dipersulitkan saat ini. Bahkan dengan teknologi segala pekerjaan dan rutinitas harian manusia sangat mudah. Tetapi dibalik bentuk positif dari teknologi, juga memiliki pengaruh negatif seperti kasus di atas,  apabila  tidak mampu mengunakannya dengan cermat dan bijak.
                 Kemajuan suatu negara terlihat dari masyarakatnya. Baik dalam pendidikan, dan perilaku masing-masing individu. Indonesia banyak memiliki kekayaan bangsa yang cerdas, bahkan tak jarang prestasi masyarakat khusnya dari pemuda menonjol hingga mata dunia. Tetapi hal tersebut tidak mampu dipertahankan atau dilanjutkan oleh pemuda lainnya. Bahkan sebagian dari pemuda mencebloskan dirinya dalam kebodohan penyalahgunaan media internet.
                 Segala keterpurukan pemuda Indonesia telah di buktikan dengan data-data yang jelas. Dan di publikasikan terutama dalam dunia media sosial. Internet bukan satu-satunya bentuk aplikasi yang hanya mampu memberikan pelayanan pencarian komunikasi dan informasi, tetapi juga meluas dengan aplikasi-aplikasi menghibur seperti Instagram dan facebook. Bahkan internet juga menghasilkan aplikasi game dan jenis hiburan lainnya.  Dan itu lebih mengkhawatirkan bagi pemuda ketika tingkat kecanduan semakin berlebihan saat menggunakannya, hingga lupa pada kewajiban agama, negara, keluarga, bahkan dalam merawat dirinya sendiri.
                 Sebagai pemuda yang hidup di zaman milenial. Harus menyikapi permasalahan tersebut dengan berpikir kritis untuk masa depan yang lebih cemerlang. Melalui penggunaan internet dengan aplikasi-aplikasi tidak memiliki manfaat besar yang harus di minimalisirkan. Dengan cara menginstal aplikasi dan fitur-fitur positif. Yaitu perpustakaan online, dan aplikasi literasi misalnya. Ataupun menggunakan sarana media sosial dengan memposting hal-hal yang mengandung makna positif sehingga pengguna lainnya dapat belajar dan terajak untuk mengikutinya.
                  Tidak hanya itu, pemuda juga dapat melakukan bisnis untuk menambah penghasilan sehingga lebih mandiri, dengan syarat tidak adanya manipulasi sehingga kenyamanan dalam berkomunikasi tetap aman.
                 Dalam dunia milenial memang sudah sangat berkembang. Tugas pemuda bukan menjadikannya sebagai sarana demi mementingkan pribadi dengan menghalalkan segala cara. Tetapi jati diri seorang pemuda adalah melakukan tindakan tegas dengan mencari suatu inovasi ataupun lebih bijak untuk menjaga dirinya dan lingkungan dari pengaruh negatif internet. Mencegah dengan cara kreatifpun dapat dilakukan, misal dengan cara yang sederhana yaitu, menggugah video ataupun kartun-kartun humor.
                 Jangan tundukkan diri pada nafsu duniawi semata, yang akan menjerumuskan pada kelalaian. Jadikan pikiran dan jiwa yang bersih, pada kehidupan yang sejatinya hanya sementara.


By: Damayanti
Fb&Ig: Damay_Ar_Rahman