Kamis, 13 Desember 2018

ESAI (Damayanti)


HIDUP HANYA PERSINGGAHAN

            Manusia diciptakan tidak lain, hanya untuk beribadah kepada Allah swt. Bersujud dan menyembah hanya kepada-Nya. Memohon ampunan serta meminta rezeki, keselamatan pada-Nya.
            Manusia hidup didunia ini sebatang kara. Maksudnya, tidak berbekal apapun tanpa Allah yang memberikan rezeki setiap masing-masing makhluk. Semenjak dari alam Ruh, manusia telah dituliskan takdirnya masing-masing, yaitu Jodoh, rezeki, pertemuan, dan kematian. Semua makhluk akan kembali kepada Allah, tidak ada yang bisa lari dari kenyataan itu. Allah mengatakan dalam (Q.S Al-Jumu’ah: 8) yang artinya “ katakanlah, “sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemuimu.
Maka dari itu, manusia harus mempersiapkan amal agar dapat menolongnya dari siksaan api Neraka.  
            Jika kita melihat istana yang megah, harta melimpah, kendaraan mahal, kekuasaan yang kuat, kepintaran, paras yang menawan, keluarga, teman/sahabat, dan title penanda cerdas. Itu semua merupakan kesenangan yang hanya berpihak selama di dunia. Kekayaan yang kita kira segalanya, akan menjadi milik orang lain ketika kita meninggal dunia.
             Kecuali amal, kebajikan,  yang akan membawa kebahagiaan yang tiada bandingan dengan kemewahan dunia yang dusta. Ketika seseorang memiliki ketaqwaan dan iman yang kokoh apapun yang didapatnya di dunia akan dengan tenang dihadapi karena yakin akan Allah yang memenuhi segala kebutuhannya.
            Allah telah memberikan peringatan kepada manusia agar takut kepada-Nya. Tetapi manusia masih tetap lalai dan tidak memperdulikannya. Padahal kejadian orang terdahulu sangat menjadi bukti bahwa kebenaran-Nya begitu nyata.
            Seorang saleh berdiri di atas sebuah pemakaman, dengan linangan air mata. Lalu berkata, “hai kematian apa yang kamu lakukan terhadap para kekasih? apa yang kamu perbuat terhadap para sahabat?” Kemudian dia menjawabnya.” Aku telah memakan kedua biji mata yang hitam, aku habiskan semua bagian mata, aku gigit kedua bibir, aku potong kedua telinga, aku pisahkan antara kedua telapak tangan dengan kedua pergelangan, lalu aku pisahkan kedua pergelangan dengan kedua lengan, kedua lengan aku pisahkan dengan lengan atas, aku pisahkan kedua lengan atas dengan kedua bahu, aku pisahkan antara kedua telapak kaki dengan kedua mata kaki, aku pisahkan kedua mata kaki dengan kedua betis, aku pisahkan kedua betis dengan kedua paha, dan aku pisahkan antara kedua paha dengan kedua pinggul”.[1]
            Betapa sakitnya kematian yang akan datang. Bahkan Rasulullah saw yang dijamin masuk surga merasakan sakitnya sakaratul maut, hingga malaikat sampai menangis. Apalagi kita manusia biasa. Tidakkah kita takut dan merasa kotor dengan perbuatan tercela selama didunia, yaitu berbohong, korupsi, mengunjing, tidak berlaku adil, durhaka pada orangtua, berkhianat,sombong, dan lebih parahnya lagi syrik, dan lain sebagainya.
            Semua dosa baik kecil maupun besar akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Manusia akan kembali pada sang pencipta. Adapun yang didahuluinya setelah kematian adalah alam kubur. Alam yang gulita tiada tempat berpindah.
 Apakah tidak pernah terbayangkan bagaimana bila bertemu dengan kedua makhluk Allah yang bertanya apa saja yang telah dilakukan semasa hidup di dunia, dan bagaimana masa muda yang digunakan. Terutama pertanyaan yang khusus adalah shalat. Karena perbedaan kafir dan muslim adalah shalatnya. Jika manusia tidak bisa menjawab pertanyaan itu, maka kayu/besi membara panas, dan hewan ganas, akan dirasakan oleh penghuni kubur. Kulitnya hancur dan menjerit karena tidak tahan.
            Kematian tidak mengenal waktu. Kematian datang bisa terjadi pada waktu pagi dan petang . Allah mengatakan dalam ( Q.S An-Nisa: 78) “Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam benteng  yang tinggi dan kokoh. Maka dari itu ingatlah selalu kematian, akan menemui kita dimanapun posisi kita, baik itu sedang beraktifitas, tidur dan lainnya.
            Maka beruntunglah bagi mereka yang beriman dan beribadah dengan ikhlas kepada Allah. Mampu menjawab pertanyaan di alam kubur. Dan merekalah yang tersenyum karena mereka kekal di surga. Melalui amalan yang tidak pernah lalai dan ditinggalkan. Perbuatan baik dan perkataan mulia selalu terucap. Hatinya selalu bergetar ketika disebut nama Allah. Itulah orang yang akan kembali dengan kedamaian, tentram dan bahagia.
            Orang beriman takkan pernah menjadikan kehidupan dunia paling terbaik. Kehidupan dunia baginya hanya persinggahan ataupun perantara seorang pengembara untuk menuju kehidupan yang kekal (Akhirat).
            Semua makhluk yang ada didunia, akan pulang ke Rahmatullah. Tiada yang dapat menyangkal waktu kematian, jika Allah telah menetapkannya maka berakhirlah semua. Agar kita mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat marilah laksanakan perintah Allah.
            Semoga tulisan ini memberikan manfaat yang akan merubah kita menjadi manusia yang berarti dalam kehidupan yang sementara.
           
*ESAI TERPILIH DALAM LOMBA MENULIS ESAI OLEH JEJAK PUBLISHER*


[1] Dr. Aidh Abdullah Al-Qarny “Untaian Mutiara Hikmah”cetakan pertama Maret 2008, hal. 474-475

Tidak ada komentar:

Posting Komentar